Advanced Search
Hits
8683
Tanggal Dimuat: 2009/09/03
Ringkasan Pertanyaan
Dalam beberapa buku irfan dan filsafat terdapat pembahasan yang mengulas masalah qaus nuzul wa shu’ud. Tolong jelaskan apa maksud dari dua istilah teknis ini? Dan apa perbedaan di antara keduanya?
Pertanyaan
Dalam beberapa buku irfan dan filsafat terdapat pembahasan yang mengulas masalah qaus nuzul wa shu’ud. Tolong jelaskan apa maksud dari dua istilah teknis ini? Dan apa perbedaan di antara keduanya?
Jawaban Global

Hakikat wujud itu memiliki dua sisi. Satu sisinya adalah berupa realitas hakiki (fi’liyyat mahdh) dan kesempurnaan mutlak. Sedangkan sisi lainnya adalah berujung kepada potensi hakiki (quwwah mahdh) dan penerima belaka. Jarak antara kedua sisi dan ujung ini terdapat peringkat-peringkat wujud mutawassith (pertengahan).

Cahaya wujud dari sumber wujudnya  tidak akan sampai kepada potensi hakiki (quwwah mahdh) kecuali ia terlebih dahulu melewati dan melintasi seluruh tahapan-tahapan wujud mutawassith yang dikenal sebagai qaus nuzuli (kurva turun). Sebagaimana pula bahwa wujud -pada tahapan-tahapan penyempurnaan- dari maqam “penerimaan semata” (hayula; materi pertama) tidak akan mencapai maqam “qurb” (kedekatan) kepada wajib al-wujud (Wujud Wajib, Allah Swt) kecuali harus melalui seluruh tahapan-tahapan wujud mutawassith yang dikenal dengan qaus shu’udi (kurva naik).

Berdasarkan hal ini, mereka (ulama irfan) memandang bahwa perjalanan hakikat wujud itu mirip dengan sebuah lingkaran yang mencakup kedua qaus tersebut.

Menurut pandangan irfan bahwa pada qaus nuzul, manusia senantiasa membawa seluruh tahapan-tahapan yang telah diamanatkan kepadanya dan setelah itu, pada qaus shu’ud seluruh apa yang telah diperoleh pada qaus nuzul harus dikembangkan sehingga bisa sampai kepada derajat terakhir kesempurnaan. Apabila ia telah mencapai peringkat tsabat dan qarar (tetap dan eksis), maka lingkaran wujudnya pun menjadi sempurna dan terbebas dari segala batasan dan ketentuan. Sebagaimana Rasulullah Saw yang telah sampai kepada maqam dan derajat mulia ini. Dalam hal ini Al-Quran mengisyaratkan: Tsumma danaa fatadallaa fakaana qaaba qausaini au adnaa” (kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah ia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi).

 

Jawaban Detil

Sebelum merangsek pada pokok bahasan, kiranya perlu dijelaskan di sini dua kaidah filsafat; yaitu kaidah imkan asyraf dan imkan akhas. Kaidah imkan asyraf adalah sebuah kaidah yang menetapkan bahwa pada seluruh tahapan wujud, mumkin asyraf (wujud kontingen yang dari segi wujud atau eksistensinya lebih tinggi dan lebih mulia) harus lebih awal dari mumkin akhas (wujud kontingen yang dari segi tingkatan wujud dan eksistensinya lebih rendah).

Dengan kata lain, bahwa setiap mumkin akhas ada, maka sebelumnya harus ada mumkin asyraf. Misalnya ketika kita mencoba memperhatikan  akal dan membanding-bandingkan antara keduanya maka kita akan yakin bahwa akal lebih unggul dari nafs. Ketika itu, kalau kita tahu munculnya wujud nafs, maka tentunya sebelumnya kita telah lebih dahulu tahu tentang munculnya wujud akal. Dan kaidah imkan akhas merupakan kebalikan dari kaidah imkan asyraf.

Hakikat wujud memiliki dua dimensi, yang keduanya itu sering disebut sebagai dua sisi wujud. Satu sisi sampai kepada realitas hakiki dan kesempurnaan mutlak, dan sisi lain hanya sebagai potensi belaka dan sekedar menerimanya saja. Dimensi yang sampai kepada realitas hakiki dan kesempurnaan mutlak adalah wajib al- wujud (Wujud Wajib) dimana kesempurnaannya itu tidak terbatas dan dari sisi perbuatannya tidak akan pernah berujung.

Dimensi yang hanya sampai pada sebatas potensi dan penerimaan semata adalah hayula ula (materi pertama) dimana peluang untuk kehilangan kesempurnaan tidak ada batasnya dan juga dalam menerima berbagai potensi tidak punya limit. Jarak antara kedua dimensi ini dibentuk oleh tahapan-tahapan pertengahan wujud. Cahaya wujud, dari awal keberadaannya, tidak akan pernah sampai hingga pada tahapan materi pertama yang merupakan reaksi semata (infi’al mahdh) kecuali harus melewati seluruh tahapan pertengahan wujud yang mana disebut qaus nuzul (kurva turun). Demikian halnya wujud pada tahapan penyempurnaan, dimana dari maqam hayula (materi) tidak akan pernah sampai ke maqam kedekatan pada Wajib al-Wujud kecuali ia harus melewati seluruh tahapan yang ada pada qaus shu’ud (kurva naik). Dengan melalui media kaidah imkan asyraf, telah banyak maujud mutawassith terealisasi pada qaus nuzul. Dan juga melalui media imkan akhas, telah banyak maujud mutawassith terealisasi. Yakni pada qaus nuzul, dengan terbuktinya wujud nafs maka wujud akal pun, melalui media imkan asyraf, juga menjadi terbukti. Akan tetapi, nafs nathiqah menjadi terbukti pada qaus nuzul melalui perantara kaidah imkan akhas dan pembuktian aka.[1]

 

Qaus nuzul dan shu’ud manusia dalam pandangan Irfan

Allah Swt berfirman:”Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan ia ke tempat yang serendah-rendahnya” (Qs. Al-Tin [95]:4-5). Hal ini sesuai dengan qaus nuzul dan menunjukkan bahwa sebelum alam tabiat, manusia telah ada sebelumnya. Dan hal ini sesuai dengan realita dan penarikan dari maqam tertinggi (a’la ‘illiyyin) ke maqam terendah (asfala safilin) tidak mungkin kecuali ia harus melewati tangga-tangga yang terdapat di antaranya. Jadi, dalam ilmu Ilahi turun dari Hadrat Wâhidiyyah dan ‘ain tsabit (entifikasi permanen) ke alam masyiyat, dan alam masyiyat ke alam ‘uqul dan ruhanih (malaikat al-muqarrabin), dan dari alam itu ke alam malakut ‘ulya (nafs-nafs kulliyah) dan dari alam itu ke alam tabiat. Alam tabiat juga memiliki tingkatan-tingkatan, dan yang paling rendah adalah alam hayula dimana ia merupakan tahapan pertama alam atau dengan istilah lainnya alam lampau dan thabi’at nazilah (tabiat yang menurun) dan derajat akhir turunnya manusia. Lantas mulai melakukan perjalanan dan secara bertahap dari maqam terendah, materi pertama (hayula) yang mengikat qaus (busur panah), hingga naik ke maqam “Tsumma danaa fatadallaa fakaana qaaba qausaini au adnaa” (kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah ia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Dengan itu maka manusia sempurna (insan kamil) adalah seluruh silsilah wujud, dan lingkaran wujud itu berakhir dengannya dan dialah yang awal dan akhir yang zahir dan batin serta dialah kitab universal Ilahi.[2]

Para filosof menganggap bahwa awal dan akhir kedua qaus tersebut adalah pada akal pertama yang mana berada dalam faidh muqaddas (emanasi yang Mahasuci) dan juga menganggap bahwa akal pertama tersebut merupakan tahapan sederhana dan universalitas perintah Ilahi yang Esa (Qs. Al-Qamar [54]: 50).

Menurut anggapan para urafa bahwa kesempurnaan atau limit dari lingkaran tersebut berada pada qaus shu’ud yang sampai ke maqam au adnâ (atau lebih dekat), dimana permulaan gerakan dan terpancarnya limpahan tersebut dinisbahkan kepada nama-nama Dzat (Ilahi). Dari sini, kedua qaus shu’ud dan nuzul serta cakupan lingkaran perkara Ilahi dan juga gerakan pengadaan atau pembentukan tersebut menurut ahli irfan, lebih luas serta lebih besar jangkauannya dibandingkan apa yang dipahami oleh ahli hikmah.

Dalam pandangan Irfan, insan kamil adalah apa yang diungkapkan oleh Al-Quran pada surat al Isra (17) ayat 79:Dan pada sebahagian malam hari shalat malamlah (dan bacalah Al-Quran). Ini sebagai suatu ibadah dan kewajiban tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”.

Ia Mahmud mutlaq (yang terpuji secara mutlak) lantaran semua makhluk di alam semesta yang sentiasa mendapat limpahan-Nya memuji dan menyanjung Dia. Pemilik maqam mahmud adalah orang yang dengan meniti serta melalui kedua qaus nuzul dan shu’ud itu serta sampai pada maqam au adnaa (atau lebih dekat), telah menyatukan dan membuat jembatan penghubung antara kedua qaus tersebut. Pada qaus nuzul, manusia mengemban seluruh tahapan-tahapan yang telah diamanatkan dan setelah itu pada periode qaus shu’ud, seluruh apa yang telah diperoleh dan dicapai pada periode qaus nuzul harus dikembangkan dan tetap dijaga serta dipelihara.

Ahmad menjadi rasul, akal pun kerdil di hadapannya

Dua alam ini tercipta hanya karenanya

Aku telah menjadi nabi yang mengibarkan panji dalam genggaman

Kenabian pamungkas dititipkan kepada Muhammad

Bulan yang merupakan batu cincin telah menjadi Zabarjad

Stempelnya adalah kasih Muhammad

Lingkaran dunia adalah lingkaran mim-nya

Kedua alam tersembunyi pada kediamannya

Lilin Ilahi berkobar dari dalam hatinya

Ibrah kehidupan telah ia dapati sepanjang abad

Sinar mentari berhajat kepadanya

Setengah hilal adalah malam mikrajnya

Peringkat awal dimana akal adalah tulisan

Duduk dalam mahjubah Ahmad

Dialah penutup rasul dan pamungkas para nabi. (Nizhami)

 

Dalam Al-Qur’an banyak ditemukan ayat-ayat yang menyingkap hal-hal yang berkaitan dengan qaus nuzul dan qsaus shu’ud, di antaranya adalah surat al-A’raf (7) ayat 29:”Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan, (demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya” dan juga pada surat al-Anbiya (21) ayat 104:”Sebagaimana kami telah memulai penciptaan pertama begitulah kami akan mengulanginya” dan lain-lain.

Sehubungan dengan hal ini, di dalam doa Nudbah kita ucapkan sebuah ungkapan yang ditujukan kepada Hujjah Allah Swt di muka bumi ini (Imam Zaman Ajf.):”Yabna man danaa fatadallaa fakaana qaaba qausaini au adnaa dunuwwan wa iqtiraban minal ‘aliyyil a’laa...” (Wahai putra seorang yang telah mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah ia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi) kepada yang Mahatinggi).[3]

Perbincangan mengenai qaus shu’ud dan nuzul sangat luas, tetapi kita cukupkan hanya disini saja dan bagi siapa yang tertarik dengan bahasan ini, maka kami persilahkan untuk merujuk ke referensi-referensi yang ada. []  



[1] Ghulam Muhsin ibrahimi dinai, Qawâid-e kulli-e Falsafi dar Falsafe-e Islâmi, jilid 1 halaman 30.

[2]  Sayyid Ruhullah Khomeini, Syarh-e Do’a-e Sahar, halaman 102, Nehdhat-e Zanân-e Musalmân.

[3] Abbas Muhaddits Qumi, Mafâtihul Jinân, Do’a Nudbah.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259741 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245550 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229460 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214227 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175554 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    170935 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167332 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157403 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140254 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133494 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...