Advanced Search
Hits
34310
Tanggal Dimuat: 2010/04/19
Ringkasan Pertanyaan
Bagaimana posisi syafâ’at pada hari Kiamat nanti?
Pertanyaan
Bagaimana posisi syafâ’at pada hari Kiamat nanti?
Jawaban Global

Makna syafâ’at adalah memberikan bantuan dan pertolongan kepada seseorang yang lemah. Sedangkan syâfi' (pemberi syafâ’at) adalah seseorang yang memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukan bantuan sehingga orang itu berada pada tingkat normal dan tidak lagi memerlukan bantuan.

Syafâ’at (pertolongan) pada hari Kiamat kelak, khusus milik Allah Swt dan Dialah yang akan memberikan izin kepada hamba-hamba-Nya yang mulia untuk memberikan syafâ’at kepada yang lainnya. Sehubungan dengan masalah ini, dari pelbagai riwayat yang jumlahnya banyak dapat dipahami bahwa para pemberi syafâ’at (yang akan diberikan izin oleh Allah Swt) pada hari Kiamat kelak, banyak sekali jumlahnya. Di antara mereka adalah para nabi Allah As, ulama, syuhada' (orang-orang yang mati syahid), malaikat, mukminin, berbagai amal saleh, para imam maksum As dan al-Qur'an suci.

Orang-orang yang layak dan berhak memperoleh syafâ’at pada hari Kiamat kelak, di samping memperoleh izin dari Allah Swt, mereka juga beriman –dengan sepenuh hati- kepada Allah Swt, para nabi, hari Kiamat, dan juga beriman kepada seluruh yang diturunkan kepada para nabi-Nya, di antaranya adalah syafâ’at itu sendiri. Keyakinan ini mereka jaga dan pertahankan hingga akhir hayat.

Jawaban Detil

Supaya jawaban yang kami sajikan menjadi lebih jelas, kami meminta Anda memperhatikan beberapa poin penting berikut ini:

1. Makna syafâ’at:

Makna syafâ’at adalah memberikan bantuan dan pertolongan kepada seseorang yang lemah. Sedangkan syâfi' (pemberi syafâ’at) adalah seseorang yang memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukan bantuan sehingga orang itu berada pada tingkat normal dan tidak lagi memerlukan bantuan. [1]

 

Para pemberi syafâ’at:

A.    Para pemberi syafâ’at menurut Al-Qur'an

Menurut al-Qur'an syafâ’at pada hari Kiamat hanyalah milik Allah Swt. [2] Dan Dialah yang akan memberikan izin syafâ’at kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Sebagaimana ilmu gaib hanya milik Allah Swt dan Dia memberikannya kepada Rasul-Nya, [3] demikian juga halnya dengan syafâ’at. Syafâ’at hanyalah milik Allah Swt dan Dia akan memberikannya kepada Rasulullah Saw dan orang lain yang dikehendakinya.

Syafâ’at terbagi dua bagian: 1. Takwini dan 2. Tasyri'i.

Syafâ’at takwini berlaku untuk semua alam semesta. Seluruh sebab di sisi Allah Swt adalah sebagai syâfi' (pemberi syafâ’at), karena mereka sebagai perantara antara Allah dan musabbab-Nya (yang disebabkan). Adapun syafâ’at tasyri'i dan qânuni (perundang-undangan) terbagi menjadi dua bagian:

1.     Syafâ’at yang memiliki pengaruh di alam dunia ini dan menyebabkan datangnya ampunan Ilahi, atau dapat mendekatkan di sisi-Nya. Syâfi' dan perantara antara Allah dengan hamba-Nya pada bagian ini terdapat beberapa golongan. Pertama: Orang-orang yang bertaubat atas segala dosa-dosanya. [4] Kedua: Orang-orang yang beriman kepada Rasulullah Saw. [5]  Ketiga: Amal saleh seseorang. [6] Keempat: Al-Qur'an al-Karim. [7] Kelima: Segala sesuatu yang berhubungan dengan amal saleh, seperti masjid, tempat-tempat suci, Ayyamullah (berbagai peringatan keagamaan) dan para nabi. [8] Keenam: Para malaikat. [9] Ketujuh: Kaum mukminin yang memohon ampun kepada Allah Swt, baik untuk pribadinya maupun untuk saudara-saudaranya yang seiman. [10]

2. Para pemberi syafâ’at yang akan memberikan syafâ’at pada hari Kiamat. Dari ayat-ayat Al-Qur'an dapat dipahami bahwa para pemberi syafâ’at –pada hari Kiamat kelak- jumlahnya sangat banyak sekali, di antaranya adalah para nabi Ilahi, [11] ulama', syuhada', malaikat [12] dan kaum mukminin.

 

B. Para pemberi syafâ’at menurut riwayat:

Terdapat riwayat yang banyak, baik melalui jalur Syiah maupun jalur Sunni yang menjelaskan masalah ini. Sebagai contohnya adalah:

1.     Rasulullah Saw bersabda: "Pada hari Kiamat kelak orang-orang yang beriman akan mendatangi Nabi Adam As dan mereka berkata: "Wahai bapak manusia, bukakanlah pintu surga untuk kami!” Adam As berkata: "Aku tidak layak melakukan hal itu." Mereka mendatangi Nabi Ibrahim As. Beliaupun berkata: "Aku juga tidak layak melakukan hal ini". Nabi Musa As dan Isa As pun memberikan jawaban yang sama. Akhirnya mereka disuruh mendatangiku. Aku pun segera bangkit dan mohon izin kepada Allah Swt. Kemudian kalian kaum muslimin dengan cepat secepat kilat dapat melewati shirath (titian).” [13]

2.     Rasulullah Saw -sehubungan dengan hal ini- bersabda: "Setiap nabi mengajukan permohonan kepada Allah Swt. Tetapi permintaanku aku tangguhkan sampai hari Kiamat, yaitu syafâ’at untuk umatku." [14]

3.     Imam Ja'far al-Shadiq bersabda: "Barangsiapa yang mengingkari tiga perkara, maka dia bukan dari Syiah (golongan) kami: Mi'raj Rasulullah Saw, pertanyaan di dalam kubur dan syafâ’at." [15]

4.     Imam Baqir As bersabda: "Rasulullah Saw memiliki izin untuk memberikan syafâ’at-nya kepada umatnya. Kami juga dapat memberikan syafâ’at kepada kaum Syiah (pengikut) kami. Dan Syiah kami pun dapat memberikan syafâ’at kepada keluarga mereka." [16]

 

C.Syarat-syarat mendapatkan syafâ’at

Ajaran agama telah menetapkan bahwa orang-orang yang akan mendapatkan syafâ’at itu tidak ditentukan. Artinya hanya disinggung secara mubham (tidak jelas). [17] Sebagaimana pula al-Qur'an tidak menyinggungnya secara jelas tentang orang-orang yang akan memperoleh syafâ’at. Akan tetapi hanya menjelaskan sifat-sifat dan ciri-cirinya saja. Allah Swt berfirman: "Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya. Kecuali Ash-habu al-Yamin (golongan kanan). Mereka di dalam surga saling menanyakan tentang keadaan para pendurhaka. Apa sebenarnya yang membuat kamu masuk ke dalam neraka saqar? Mereka menjawab: "Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan shalat. Dan kami juga tidak memberikan makan kepada fakir miskin. Bahkan kami selalu berbincang-bincang (tentang perbuatan batil) bersama orang-orang yang biasa membicarakan kebatilan. Dan kami mendustakan hari pembalasan, sampai kematian datang menjemput kami. Maka -ketika itu- tidak berguna lagi bagi mereka syafâ’at (pertolongan) dari orang-orang yang memberikan syafâ’at". (Qs. Al-Muddatsir [74]: 38-48)

Ayat ini menjelaskan bahwa ahli neraka lantaran memiliki empat sifat, yakni meningalkan shalat, tidak menginfakkan hartanya di jalan Allah, tenggelam dalam gemerlap dunia dan mendustakan hari pembalasan, mereka dijebloskan ke dalam api neraka Saqar. Empat sifat buruk ini dapat menghancurkan pilar-pilar agama. Sebaliknya mendirikan shalat, berinfak, meninggalkan gemerlap dunia dan meyakini adanya hari pembalasan, akan memperkokoh agama Allah. Karena beragama yang sebenarnya adalah mengikuti dan mengamalkan bimbingan para penunjuk jalan yang maksum dan suci. Dan hal ini tidak mungkin terjadi kecuali dengan menjauhkan dunia dan gemerlapnya yang menggiurkan, dan menuju kepada jalan Ilahi. Apabila kedua sifat ini dapat terealisasi, maka tenggelam dalam pembicaraan batil bersama orang-orang yang suka kebatilan dan mendustakan hari pembalsan, akan dapat dijauhkan. Kelaziman dua sifat tersebut adalah mengingat Allah Swt dan berusaha menutupi kebutuhan masyarakat yang dapat juga dikatakan bahwa yang pertama merupakan efek dari shalat dan yang kedua efek dari infak. Dengan demikian bahwa pilar-pilar agama adalah dua sisi; ilmu pengetahuan dan mengamalkan empat sifat tersebut. Dan empat sifat tersebut juga menuntut adanya pilar-pilar agama lainnya. Karena –misalnya- jika seseorang menganut paham ateis atau mengingkari kenabian, maka ia tidak mungkin akan memiliki empat sifat tersebut. [18]

Kesimpulannya adalah bahwa orang-orang yang layak dan berhak memperoleh syafâ’at adalah yang memiliki syarat-syarat berikut ini:

Pertama: Iman sejati kepada Allah Swt, para nabi Ilahi, hari pembalasan dan semua ajaran yang diturunkan kepada para rasul-Nya. Sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam Al-Qur'an bahwa ketika orang-orang kafir dan musyrik ditanya mengapa kalian dijebloskan ke dalam api neraka saqar? Mereka menjawab: "Kami sama sekali tidak mempunyai syâfi' (para penolong). [19] Dengan demikian bahwa orang-orang kafir itu tidak mempunyai kelayakan untuk memperoleh syafâ’at. Pada surat al-Anbiya' ayat: 28 dapat kita baca bahwa :"Para nabi dan Malaikat tidak memberikan syafâ’at, kecuali kepada orang-orang yang mendapat ridha". Mengenai tafsir ayat ini pernah ditanyakan kepada Imam Ridha As. Beliau As menjawab: "Maksudnya adalah ridha (dan taat) terhadap urusan agama". Karena itu, syafâ’at dikhususkan untuk orang-orang yang pernah berbuat dosa dengan syarat bahwa akidah dan agama mereka mendapat ridha dari Allah Swt. Adapun orang-orang menentang agama, nashibi (orang-orang yang memusuhi keluarga suci Nabi Saw) dan kaum kafir, tidak akan memperoleh syafâ’at.

Kedua: Memiliki keyakinan terhadap hakikat syafâ’at itu sendiri. Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya Allah Swt tidak akan memasukkan orang-orang yang tidak meyakini syafâ’at-ku ke dalam kelompok orang-orang yang memperoleh syafâ’atku". [20]

Ketiga dan Keempat: Melakukan shalat dan menolong fakir miskin. Hal itu sebagaimana telah dijelaskan di dalam surat al-Muddatsir (ayat 40-48) bahwa sebab utama dijebloskannya para pendurhaka ke dalam jurang api neraka saqar adalah karena mereka tidak melakukan shalat dan tidak menolong fakir miskin serta mendustakan hari pembalasan.

Imam Ja'far al-Shadiq As bersabda: "Sesungguhnya orang-orang yang meremehkan shalat tidak akan memperoleh syafâ’at kami ( Ahlulbait)". [21]  Yang jelas bahwa masalah syafâ’at bukan persoalan yang bersifat mutlak. Akan tetapi (untuk memperoleh atau memberikannya) terdapat syarat-syarat tertentu, baik bagi dosa dan maksiat yang dilakukan, bagi orang-orang mempunyai dosa dan kesalahan, maupun bagi orang-orang yang memberikan syafâ’at. Orang-orang yang meyakini dasar-dasar ini, jika mereka ingin memanfaatkan kesempatan emas ini dan ingin dimasukkan ke dalam orang-orang yang memperoleh syafâ’at, maka tidak ada jalan lain kecali harus memenuhi syarat-syarat tersebut dan menjauhkan segala dosa besar seperti berbuat zalim, syirik dan lain-lain yang membuat mereka terhalangi dari memperoleh syafâ’at. Atau mereka harus bersikap sedemikian rupa sehingga mendapat pertolongan (syafâ’at) dari orang-orang yang diizinkan untuk memberikan syafâ’at.[IQuest]

 

Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat:

1.     Indeks: Konsep Syafâ’at dalam Islam, Pertanyaan 350 (situs: 350).

2.     Indeks: Usaha dan Peran Amal Kebajikan pada Akhirat Manusia, Pertanyaan 280 (situs: 2484).

3.     Indeks: Jalan-jalan untuk Mensucikan diri dari Dosa, Pertanyaan 798 (situs: 860).

4.     Indeks:  Penafian Untung-Rugi dari Nabi dan Tuntutan Syafaat darinya, Pertanyaan 84 (situs: 2378).

5.     Indeks: Syafaat dan Ridha Ilahi, Pertanyaan 124.



[1] .Tafsir al-Mizan, jilid 1 hal. 157.

[2] . “ Kepunyaan-Nya apa yang ada yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.   (Qs. Al-Baqarah [2]: 255), “ Katakanlah, “Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”   (Qs. Al-Zumar [39]: 44).

[3] . “K ecuali kepada rasul yang diridai-Nya, maka Dia menetapkan para penjaga (malaikat) di hadapan dan di belakangnya .” (Qs. Jin [72]: 27).

[4] . “ Dan kembalilah kamu kepada Tuhan-mu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). ” (Qs. Al-Zumar [39]: 54)

[5] .” Hai orang-orang yang beriman,bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada rasul-Nya, niscaya Allah memberikan dua bagian rahmat-Nya kepadamu .” (Qs. Al-Hadid: 28)

[6] . “ Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. ” (Qs. Al-Maidah [5]: 9).

[7] . “ Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, mengeluarkan mereka dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. ” (Qs. Al-Maidah [5]:16)

[8] . “ Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Nisa [5]: 64)

[9] . “Para malaikat yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhan mereka dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan), “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan-Mu dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala.” (Qs. Al-Mukmin [40]: 7)

[10] . (Orang-orang yang beriman berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau siksa kami jika kami lupa atau bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tak sanggup memikulnya. Anugerahkanlah maaf kepada kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkau-lah penolong kami. Maka, tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”   ( Qs. Al-Baqarah [2] : 286 )

[11] . “Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di hadapan dan di belakang mereka (malaikat), dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (Qs. Al-Anbiya' [21]: 28)

[12] . “ Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafaat; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang hak dan mereka meyakini(nya). ” (Qs. Al-Zukhruf [43]: 86).

[13] . Bihâr al-Anwâr, jilid 8, hal.35.

[14] . Syaikh Mufid, al-Ikhtishâsh, hal. 37.

[15] . Bihâr al-Anwâr, jil. 6, hal. 223.

[16] . Ibid, hal. 48.

[17] . Tafsir al-Mizan jil. 1, hal. 159.

[18] .  Ibid, jil. 1, hal. 259.

[19] . (Qs. Al-Syu'ara [42]: 100)

[20] . Bihâr al-Anwâr jilid 8 hal. 34.

[21] . Wasâil al-Syiah, jilid 4 hal. 25.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259863 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245626 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229529 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214322 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175624 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171006 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167422 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157489 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140340 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133557 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...